views
Kisah Mus'ab: Dari Lapangan Hijau ke Usaha Nasgor di Jember

Mantan Pemain Sepak Bola Kini Jualan Nasi Goreng
Mantan pemain Persiba Bantul, Mus'ab, menjadi sorotan di media sosial setelah memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola dan beralih profesi menjadi penjual nasi goreng di Jember. Pria berusia 26 tahun ini menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh liku, dari lapangan hijau ke dapur.
"Saya bergabung dengan Persiba Bantul pada tahun 2021 untuk satu musim kompetisi," ungkap Mus'ab saat ditemui di rumahnya di Jalan Mawar Gang V, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Jember, pada Minggu (5/1/2025). Setelah kontraknya berakhir, ia kembali ke Jember dan meski masih bermain bola, kini hanya di level Tarkam atau antarkampung.
Namun, saat bermain di level Tarkam, Mus'ab mengalami cedera pada kaki kanan, yang bukanlah cedera pertamanya. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami cedera pada kaki kiri. Dua kali cedera ini membuatnya memutuskan untuk pensiun dini dari dunia sepak bola.
"Setelah pensiun, saya memutuskan untuk berjualan nasi goreng. Saya menggunakan kendaraan roda tiga bersama istri, mulai sekitar Oktober 2023," jelas ayah satu anak ini. Menariknya, ini bukan kali pertama Mus'ab berjualan nasi goreng. Pada tahun 2019, ia juga sempat berjualan nasi goreng di tepi jalan raya dekat rumahnya di sela-sela aktivitas bermain bola.
Mus'ab menjelaskan, "Adik saya adalah seorang chef di restoran di Jakarta, dan setelah terkena pemangkasan karyawan akibat COVID-19, ia memberikan izin untuk menggunakan resep restoran tersebut." Meskipun saat itu penjualannya tidak begitu ramai, Mus'ab tetap berusaha.
Kini, setelah pensiun dari Persiba Bantul, Mus'ab memilih lokasi baru untuk berjualan. Ia tidak lagi berjualan di tepi jalan dekat rumah, melainkan di depan halaman parkir sebuah pertokoan di Jalan Sumatra, Kecamatan Sumbersari. "Lokasinya tetap di tepi jalan raya, menggunakan motor roda tiga yang dimodifikasi agar bisa dibawa pulang saat tutup," tambahnya.
Resep nasi goreng yang dijualnya adalah nasi goreng kebuli, yang memiliki cita rasa khas Timur Tengah. "Nasi goreng yang saya jual ini bukan nasi goreng biasa, melainkan nasi kebuli yang digoreng," ujarnya dengan senyuman.
Mus'ab mulai berjualan nasi goreng dari pukul 16.30 WIB hingga malam. Awalnya, ia menghabiskan 5 kilo beras setiap hari, namun seiring meningkatnya permintaan, kini ia menghabiskan hingga 12 kilo beras setiap hari. "Saya mulai ramai setelah sering mengunggah di media sosial dan membranding diri sebagai mantan pesepakbola yang jualan nasi goreng," katanya.
Harga nasi gorengnya bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu, tergantung varian dan porsi yang diinginkan pembeli. "Di restoran, nasi goreng dengan resep yang sama bisa seharga Rp 60 ribu, tapi saya jual lebih murah," tambah Mus'ab dengan bangga.
Saat ini, Mus'ab mulai kewalahan melayani pembeli. Sebelum pukul 21.00 WIB, nasi gorengnya sudah habis. Ia pun berencana mengajak adiknya yang bekerja di restoran di Surabaya untuk membantu berjualan. "Saya menambah stok beras dan mulai hari ini saya dibantu adik saya. Kasihan yang datang dari jauh kalau kehabisan," pungkasnya.
Comments
0 comment