
Perbedaan Lezat antara Gorengan Minyak Babi dan Minyak Sawit
Perbedaan Rasa dan Kandungan Minyak Babi serta Minyak Sawit dalam Penggorengan
Restoran Ayam Goreng Widuran Solo menarik perhatian karena kremesannya digoreng menggunakan minyak babi. Pertanyaan pun muncul terkait perbedaan rasa masakan yang digoreng dengan minyak babi dibandingkan minyak kelapa sawit.
Dosen Program Studi Gizi Universitas Aisyiyah Jogja, Agil Dhiemitra Aulia Dewi, menjelaskan bahwa minyak babi mengandung lemak jenuh yang lebih tinggi daripada minyak nabati seperti minyak sawit. "Kalori dan lemaknya lebih tinggi, terutama lemak jenuhnya. Secara rasa, makanan yang digoreng dengan minyak babi terasa lebih gurih dan renyah, terinspirasi dari resep masakan Cina yang sering menggunakan lemak babi," ujar Agil.
Selain itu, minyak babi memberikan aroma yang lebih kaya dan tekstur yang lebih baik daripada minyak goreng nabati. Penggunaan minyak hewani seperti babi atau lemak sapi (tallow) banyak ditemui dalam resep makanan Barat dan Oriental, termasuk untuk menggoreng kentang goreng di beberapa restoran cepat saji.
Karakter minyak babi yang lebih kental dan berlemak membuat rasa masakan lebih sedap dan harum. Warnanya pun berbeda, tidak kuning seperti minyak kelapa sawit yang berasal dari tumbuhan.
Meski kandungan lemak jenuh minyak babi tinggi dan apabila dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, minyak sawit juga memiliki risiko karena proses produksi yang dapat merusak lemak tak jenuh dan menghasilkan zat oksidatif berbahaya.
Namun, permasalahan utama dalam penggunaan minyak babi adalah aspek sertifikasi halal. Produk makanan dan minuman produksi pelaku usaha mikro dan kecil wajib memiliki sertifikasi halal, dan pelabelan yang jelas mengenai status halal atau non-halal dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada konsumen agar dapat memilih sesuai preferensi mereka.
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan label ini bisa dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Comments
0 comment