Jakarta – Salah satu wakil rakyat yang bermarga Batak ini perjuangkan Haminjon atau kemenyan Toba menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia benar-benar nyata.
Martin manurung adalah orangnya, Martin merupakan Ketua DPP Partai NasDem yang terpilih menjadi anggota DPR RI dari Dapil Sumatera Utara (Sumut) II meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Labuhanbatu Selatan, Labuhanbatu Utara, Tapanuli Selatan, Kota Padangsidimpuan, Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, Kota Gunungsitoli, Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir, Padanglawas, Padanglawas Utara.

Martin Manurung Saat rapat kerja (raker) dengan Menteri Perdagangan RI, Rabu (26/2) malam (foto : Partainasdem)
Keseriusan Martin Manurung untuk mendorong komoditas haminjon dibuktikan saat rapat kerja (raker) dengan Menteri Perdagangan RI, Rabu (26/2) malam, Wakil Ketua Komisi VI ini menyampaikan sejumlah permasalahan yang dialami para petani.
Dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI dengan Kementerian Perdagangan, hadir langsung Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga beserta jajaran.
Pada kesempatan penyampaian pertanyaan dan masukan, Martin menceritakan bagaimana sebenarnya potensi haminjon di pasar dunia.
Tanaman haminjon merupakan komoditas asli kawasan Danau serta dulu merupakan komoditas unggulan dan menjadi favorit petani di tanah toba. Haminjon ditanam dalam hutan alam oleh masyarakat, dan pada umur 8 tahun setelah tanam baru bisa disadap.
Dilansir dari Laman resmi Partai Nasdem, Martin menjelaskan bahwa Haminjon memiliki nilai yang sangat tinggi di pasar internasional. Hanya tidak jelasnya tata niaga membuat harga komoditas ini menjadi sangat rendah.
“Komoditas khas seperti haminjon belum pernah mendapatkan sentuhan dari pemerintah agar produktivitasnya terjaga. Juga dengan kejelasan pasar di luar negeri,” terang Martin.
Lebih lanjut, Martin menjelaskan bahwa sebenarnya komoditas khas dan nonkonvensional seperti haminjon selama ini sudah dijual di pasar internasional, namun memiliki kendala berupa tidak ada dukungan dan peraturan pasar ekspor gelap sehingga tidak berpengaruh untuk menolong defisit neraca perdagangan Indonesia.
“Kita tidak bisa terus membiarkan neraca perdagangan kita terus menderita seperti itu. Tidak bisa hanya mengandalkan komoditas-komoditas non-konvensional. Kalau kita kreatif mencari komoditas-komoditas nonkonvensional, di antaranya kemenyan Toba, neraca perdagangan kita akan terdongkrak lebih baik,” pungkas Martin Manurung.