Solusi Pembeludakan Mahasiswa RI di Kairo: Tunda Keberangkatan dan Seleksi Ketat
Penundaan pemberangkatan hingga proses seleksi yang ketat disebut dapat menjadi solusi atas pembeludakan mahasiswa RI ke Al-Azhar Kairo. #Newsupdate #update #news #text

Jumlah mahasiswa Indonesia yang berbondong-bondong menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo memicu berbagai masalah.

Dalam podcast Diptalk dengan kumparan, mahasiswa yang telah menempuh studi di Al-Azhar Kairo sejak 2012, M. Nuruddin, menyetujui moratorium dan seleksi ketat sebagai solusi mengatasi apa yang disebutnya sebagai "pembeludakan yang tak terkontrol" itu.

“Penundaan pemberangkatan bisa jadi salah satu solusi. Bisa dilakukan, tapi itu saya kira berat bagi sebagian pihak. Kalaupun tidak bisa, penyeleksian yang ketat harus diterapkan. Ditundalah pemberangkatan jumlah-jumlah yang banyak itu,” ungkap Nuruddin.

Diptalk bersama Mohammad Nurudin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Diptalk bersama Mohammad Nurudin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Nuruddin menyarankan proses seleksi sebagai langkah awal untuk memastikan hanya mereka yang benar-benar memiliki kompetensi yang diberangkatkan ke Mesir.

"Saya enggak bilang (penundaan keberangkatan) sampai selanjutnya. Untuk sementara ini, coba itu dikirim kader-kader terbaik pesantren. Apa susahnya, sih?" tegasnya.

Bahkan dengan biaya seperti sekarang ini, ada santri-santri unggul yang terhalang niatnya karena permainan biaya. Pada akhirnya, yang berangkat adalah mereka yang punya uang,” cerita Nuruddin.
Kawasan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Foto: Shutterstock
Kawasan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Foto: Shutterstock

Tingkat Kegagalan vs Seleksi Ketat

Senada dengan Nuruddin, eks mahasiswa Al-Azhar yang sempat melakukan penelitian S2 di Kairo, Rudi Chandra, juga mendukung seleksi ketat bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Mesir.

Pada 2011, Rudi meneliti peran diplomasi people-to-people dalam hubungan diplomatik Indonesia dan Mesir.

Temuannya menunjukkan jumlah mahasiswa Indonesia yang merantau ke Kairo pada periode 2004-2009 berbanding lurus dengan angka kegagalan akademiknya. Data tersebut ia peroleh dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kairo.

“Tahun 2004, mahasiswa Indonesia yang datang ke Mesir berjumlah 1.054, dan pada 2005 sebanyak 1.070. Jumlah ini menurun menjadi 778 pada 2006 karena ada seleksi yang diterapkan. Pada 2008, hanya 136 mahasiswa yang diberangkatkan, dan ini memberikan efek luar biasa,” jelas Rudi kepada kumparan, Rabu (19/6).

Ia menambahkan, dampak tingginya angka kedatangan mahasiswa pada 2004-2005 baru terasa di tahun berikutnya.

“Pada 2006-2007, tingkat kegagalan yang enggak naik kelas mencapai 45 persen sampai 48 persen. Namun, setelah seleksi ketat diterapkan, kegagalan menurun menjadi 30 persen pada 2008-2009.”

Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Rudi yang kini tengah menempuh studi S3 Universitas Gadjah Mada (UGM), menyimpulkan bahwa seleksi ketat berdampak positif pada tingkat kesuksesan mahasiswa.

Seleksi lebih ketat menghasilkan tingkat kesuksesan yang lebih baik bagi mahasiswa kita di sana,” kata Rudi.

Saat itu, proses seleksi dilakukan atas kerja sama Kedutaan Besar Indonesia di Mesir, Universitas Al-Azhar Kairo, dan Kemenag RI.

“Kedutaan Besar Indonesia menjadi fasilitator, memanggil pihak Al-Azhar dan Kementerian Agama di Indonesia, serta para kiai dari pesantren besar. Simposium ini merekomendasikan seleksi ketat dan pembangunan asrama khusus bagi mahasiswa Indonesia,” kata Rudi.

Menurut Rudi, seleksi ketat dan pengelolaan yang lebih baik pada periode tersebut terbukti dapat mencegah permasalahan pelajar remaja Indonesia di sana.

https://kumparan.com/kumparannews/solusi-pembeludakan-mahasiswa-ri-di-kairo-tunda-keberangkatan-dan-seleksi-ketat-22y45zwTziw

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations