Sedot Biaya Riset Rp 21 T, Mobil Listrik Xiaomi SU7 Tak Bisa Dicap Murahan
Pengembangan mobil listrik Xiaomi SU7 saja sudah menyedot dana puluhan triliun rupiah.
Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa
Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa

Xiaomi akhirnya memulai pertempuran di segmen mobil listrik dengan merilis SU7. Mereka tak main-main dengan memposisikan produk otomotif pertamanya sebagai mobil listrik performa tinggi serta termutakhir untuk 'membabat' Tesla dan Hyundai untuk produk IONIQ.

"Cukup dengan gurauannya, mobil itu tidak akan dihargai 140 ribu Yuan (Rp 300 jutaan). Kami ingin publik menaruh rasa hormat terhadap teknologi canggih yang disematkan pada kendaraan ini," ujar CEO Xiaomi Lei Jun pada momen peluncuran Xiaomi SU7.

Xiaomi mengeluarkan invetasi lebih dari 10 miliar yuan (lebih dari Rp 21 triliun) untuk fase riset dan pengembangan. Mereka memiliki lebih dari 3.400 engineer dan lebih dari ribuan pakar teknisi dari dalam dan luar China.

Ucapan Lei ini bisa diterima. Sebab pengembangan mobil listrik Xiaomi SU7 menyedot sumber daya yang cukup besar. Dari aspek desain saja, mereka mempercayakan Li Tianyuan yang tak lain adalah mantan orang BMW yang ikut merancang BMW i Vision Circular concept, BMW iX, dan the new 7 series. Tak cuma sampai di situ, ada nama James Qio yang pernah bekerja di Mercedes-Benz.

Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa
Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa

Tangan dingin para desainer jebolan merek premium mempengaruhi bahasa desain Xiaomi SU7 yang mirip dengan mobil-mobil Eropa. Ciamik dari aspek desain saja tak cukup. Sebab mobil ini memiliki nilai koefisiensi hambatan (Cd) yang rendah yakni 0,195.

Soal teknologi, Xiaomi mengedepakan pengembangkan mereka pada teknologi inti mobil listrik itu sendiri, yakni E-Motor, Battery, Xiaomi Die-Casting, Xiaomi Pilot Autonomous Driving, dan Smart Cabin.

Xiaomi SU7 disuntik motor listrik pengembangan mandiri, yakni E-motors HyperEngine V6/V6s dan HyperEngine V8. Sejumlah teknologi yang disematkan pada E Motor termasuk Bidirection Full Oil Cooling Technology, desain sirkuit oli S-shaped, dan penggunaan laminasi baja silikon.

Kembangkan motor listrik secara independen

HyperEngine V8 bisa berputar 27.200 rpm dan mengasilkan 569 dk dan torsi 635 Nm, dan diklaim menjadi yang terbuas untuk sebuah motor listrik. Motor listrik tersebut mengaplikasikan plat ultra high-strength silicon steel dengan gaya tarik 960MPa, yang mana dua kali lipat lebih tinggi dari standar yang biasa dipakai industri.

Sementara pada sistem pendingin, HyperEngine V8 mengadopsi sebuah sistem bernama Bidirectional Full Oil Cooling Technology dan rancangan sirkuit oli S-shaped.

Sedot Biaya Riset Rp 21 T, Mobil Listrik Xiaomi SU7 Tak Bisa Dicap Murahan

Motor HyperEngine V8 ini memang masih dalam fase pengembangan dan diharapkan bisa diproduksi massal untuk produk EV Xiaomi pada 2025.

Sementara pada SU7 versi awal, menggunakan HyperEngine V6/V6s yang bisa berputar 21.000 rpm dan menjadi motor listrik paling powerfull yang ada saat ini. Di atas kertas, motor ini menawarkan 299 dk dan torsi 400 Nm, sementara pada varian V6s output-nya 368 dk dan torsi 500 Nm.

Sistem otonomos

Ketika banyak kabar perusahaan teknologi tertarik masuk ke ranah otomotif bukanlah hal yang mengejutkan. Xiaomi, yang berdiri sejak 2010 merupakan penyedia perangkat elektronik dan perusahaan manufaktur untuk smartphone serta piranti keras yang terkoneksi dengan platform IoT (Internet of Things).

Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa
Xiaomi SU7 Foto: Dok. Istimewa

Sistem otonomos Xiaomi menggunakan tiga aspek: Adaptive BEV Technology, Road-Mapping Foundational Model, da Super-Res Occupancy Network Technology.

Adaptive BEV Technology berfungsi berbasis data algoritma dari berbagai skenario untuk memberikan sistem bisa membaca berbagai medan lebih akurat di berbagai lingkungan.

Xiaomi pun mengaplikasikan "End-to-End Sensing and Decision-Making AI Model" untuk fungsi parkir otomatis. Dengan solusi itu, mobil bisa bekerja lebih akurat melakukan manuver parkir secara otomatis dengan berbagai kondisi jalan. Bahkan klaim Xiaomi, sistemnya bisa menyelesaikan persoalan parkir di kondisi medan yang sulit.

Tentu saja, kemampuan piranti lunak tersebut tak bisa dilepaskan dari dukungan hardware. Xiaomi menggunakan chip performa tinggi NVIDIA Orin yang memberikan kemampuan daya komputasi 508TOPS.

Di samping mereka juga memanfaatkan LiDAR, 11 kamera definisi tinggi, radar gelombang-tiga milimeter, dan 12 radar ultrasonic pada Xiaomi SUV Max.

Optimasi pada desain paket baterai

Meski tak memproduksi secara mandiri komponen baterai -dikabarkan disuplai oleh CATL dan BYD- Xiaomi merancang sendiri agar paket baterai pada mobil listriknya bisa lebih optimal dari sisi performa dan durabilitas.

Termasuk di antaranya adalah solusi Cell to Body Integrated Battery Technologi melalui Inverted Cell Technology, multifunctional elastic interlayer, dan sistem yang dirancang lebih hemat dalam penggunaan kabel.

Hasilnya, baterai menawarkan efisiensi sebesar 77,8 persen, yang diklaim paling tinggi untuk kelas baterai tipe CTB, serta peningkatan performa 24,4 persen, pemangkasan dimensi tinggi sebesar 17 mm, dan kapasitas baterai yang bisa dioptimasi hingga 150 kWh. Di atas kertas, kemampuan jarak tempuhnya bisa mencapai 1.200 kilometer dalam satu kali pengisian.

Dengan berbagai teknologi dan solusi yang dibawa, mobil listrik Xiaomi SU7 ini diharapkan bakal dijual paling murah Rp 600 jutaan. Betul, bukan kamu yang kaum mendang-mending.

https://kumparan.com/kumparanoto/sedot-biaya-riset-rp-21-t-mobil-listrik-xiaomi-su7-tak-bisa-dicap-murahan-21sSG2CTmd7

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations