views
Pakar Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menanggapi rekayasa contraflow di ruas jalan tol selama arus mudik Lebaran tahun ini yang sudah memakan korban jiwa. Menurutnya, pihak kepolisian perlu mempertimbangkan kembali menerapkan sistem lalu lintas tersebut.
"Rekayasa yang dilakukan polisi itu bermacam-macam ada ganjil genap, contraflow, sampai one way. Itu masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya sendiri menurut saya," kata Sony dihubung kumparan.
Dibanding mekanisme ganjil genap (Gage) atau oneway, Sony menilai sistem contraflow jauh lebih berisiko. Sebab, satu dari beberapa lajur sengaja dibuat berlawanan arah pada satu jalur atau ruas tol yang sama.
"Sebenarnya saya agak keberatan dengan adanya rekayasa contraflow. Karena kalau contraflow itu paling ideal maksimal panjangnya 20 kilometer, kalau lebih dari itu pengemudi bisa berpotensi alami highway hypnosis," katanya.
Highway hypnosis sendiri merupakan istilah gejala kelelahan akibat seseorang, dalam hal ini pengemudi melakukan aktivitas yang cukup monoton. Seperti melalui jalur atau lintasan dengan karakteristik lurus dan panjang dalam waktu yang cukup lama.
"Contralflow itu jalurnya kan biasanya sempit sekali dan panjang. Kecuali dalam mobil tersebut ada penumpang yang bisa ikut membantu mengawasi sisi kiri mobilnya. Sebaiknya dievaluasi lagi kalau mau melakukan rekayasa contraflow lagi. Lebih baik ganti one way atau ganjil genap, ya. Lebih aman," tukas Sony.
Berbeda dengan contraflow, rekayasa gage atau one way menggunakan satu ruas penuh jalan atau jalur yang dari arah berlawanan. Sehingga, tidak ada kendaraan dari arah yang seharusnya sedang melintas dan mencegah berpapasan dari arah berlawanan satu sama lain.
"Ada perbedaan antara contraflow dengan one way. Kalau lewat contraflow dan kendaraan mengalami masalah, maka menepinya harus ke bagian dalam jalan yang ada di sebelah kiri kita. Tapi kalau sistem one way dan ada masalah serupa kita arahkan kendaraan ke sisi kanan. Jadi seperti di jalur biasanya kalau ada masalah atau situasi darurat maka menggunakan jalur paling kiri," terang Sony.
Namun demikian, Sony bilang melewati jalan tol dengan sistem gage atau one way bukannya tanpa persiapan pula. Tetap ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perbedaan dibanding melewati jalur tol yang biasanya.
Misalnya, jika melewati jalur one way, pengemudi tentu harus membiasakan berjalan dengan minimnya informasi dari papan penununjuk jalan yang membelakangi pengendara. Kemudian, jalur pintu keluar, jalur darurat, dan masuk rest area yang ada di sisi kanan.
Evaluasi Korlantas terhadap insinden maut contraflow KM58 Jakarta-Cikampek
Sementara itu, Korlantas Polri telah melakukan evaluasi usai kecelakaan maut yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek (Japek) KM 58 yang melibatkan tiga kendaraan, yakni GranMax, Terios dan bus Primajasa yang menewaskan 12 orang.
Kabag Ops Korlantas, Kombes Pol Eddy Djunaedi mengatakan usai insiden di KM 58 Korlantas sudah melaksanakan evaluasi, dengan menghasilkan:
Menambah safety car atau kendaraan pengawalan untuk terjaga kecepatannya.
Menyiapkan kendaraan pelayanan derek, mobil ambulans dan lainnya.
Menambah pembatas antara lajur contraflow dan regular dengan kombinasi cone dan barrier.
Memberikan lampu penerangan (lampu selang) sebagai pembatas lajur contraflow dan reguler.
Mengutamakan keamanan dan keselamatan.
Lebih lanjut Eddy juga menjelaskan sistem contraflow sudah berakhir kemarin karena situasi di lapangan sudah kondusif dan tidak ada penumpukan.
“Kami selalu melihat perkembangan arus lalu lintas, apabila memang volumenya masih normal dan kapasitasnya masih menampung tentunya tidak kami lakukan, keamanan dan keselamatan tetap menjadi yang utama,” jelasnya.
***
https://kumparan.com/kumparanoto/pakar-keselamatan-saran-evaluasi-contraflow-lebih-cocok-gage-atau-oneway-22VwzZUDyTW
Comments
0 comment