views
Komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4). Kabar duka ini disampaikan oleh kerabatnya, Abdi Jajan Mercon, dalam unggahan di akun Instagramnya.
Sampai saat ini, belum diketahui mengenai penyebab meninggalnya Babe Cabita. kumparan sudah berusaha menghubungi perwakilan keluarga dari Babe, namun belum ada tanggapan.
Sebelum meninggal, pria berusia 34 tahun itu sempat didiagnosis mengidap penyakit langka, anemia aplastik. Penyakit anemia aplastik disebut langka karena berbeda dengan penyakit anemia pada umumnya.
Apa itu anemia aplastik
Dijelaskan Siloam Hospital, anemia aplastik adalah gangguan kesehatan berupa kurang darah (anemia) yang disebabkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang memproduksi sel darah baru yang cukup, baik trombosit, leukosit, maupun eritrosit, atau ketiganya.
Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang harus segera mendapatkan penanganan. Penyakit ini digolongkan menjadi dua jenis, yakni inherited aplastic anemia dan acquired aplastic anemia.
Inherited aplastic anemia adalah anemia aplastik yang diturunkan atau diakibatkan dari kerusakan gen. Sementara acquired aplastic anemia merupakan anemia aplastik yang diderita seseorang semasa hidupnya, biasanya dialami pasien dengan penyakit autoimun.
Penyebab anemia aplastik
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, anemia aplastik disebabkan oleh 2 kondisi: karena keturunan atau gangguan kesehatan semasa hidup. Menurut Mayo Clinic, anemia aplastik terjadi ketika sel induk di sumsum tulang yang memproduksi sel darah baru–sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit– mengalami kerusakan. Akibatnya, sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau hanya mengandung sedikit sel darah (hipoplastik).
Sejumlah gangguan kesehatan semasa hidup bisa menyebabkan anemia aplastik. Beberapa gangguan tersebut termasuk:
Penyakit autoimun yang dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel sehat, termasuk pada sumsum tulang.
Pernah menjalani perawatan radioterapi atau kemoterapi. Dua perawatan kanker ini berisiko menyebabkan kerusakan sel sehat dalam tubuh.
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti jenis antibiotik dan obat rheumatoid arthritis.
Infeksi virus HIV, hepatitis, cytomegalovirus, dan Epstein-Barr juga bisa meningkatkan risiko anemia aplastik.
Paparan bahan kimia berbahaya secara terus menerus, seperti pestisida, benzena, dan lain-lain.
Kehamilan, ini karena masa kehamilan berisiko menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu menyerang sel pada sumsum tulang.
Gejala
Anemia aplastik dapat memengaruhi fungsi setiap darah, termasuk leukosit yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, trombosit untuk pembekuan darah, dan eritrosit untuk penyaluran oksigen ke seluruh tubuh. Ini membuat gejala anemia aplastik dapat bervariasi, tergantung dari sel darah yang terdampak.
Beberapa gejala yang paling umum dari anemia aplastik adalah:
Demam
Lemas
Pucat
Sakit kepala atau pusing
Jantung berdebar-debar
Sesak napas
Memar
Pendarahan seperti mimisan
Mudah terkena infeksi penyakit
Dokter biasanya mendiagnosis anemia aplastik melalui beberapa tahapan, seperti wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, prosedur biopsi, dan prosedur aspirasi.
Pengobatan
Pengobatan anemia aplastik dilakukan tergantung dari tingkat keparahan. Beberapa tindakan yang paling umum dilakukan dokter termasuk:
Terapi antibiotik dan antivirus saat pasien anemia aplastik berisiko tinggi atau terserang infeksi penyakit.
Imunosupresan, yakni pemberian obat imunosupresan seperti cyclosporin dan kortikosteroid untuk mencegah terjadinya kerusakan sumsum tulang karena penyakit autoimun.
Transfusi darah untuk mencukup sel darah pasien.
Transplantasi sumsum tulang untuk menggantikan sel sumsum tulang yang rusak.
Pencegahan
Tidak ada pencegahan untuk kasus anemia aplastik. Menghindari paparan insektisida, herbisida, pelarut organik, penghilang cat, dan bahan kimia beracun lainnya, disarankan untuk menurunkan risiko terkena anemia aplastik.
https://kumparan.com/kumparansains/mengenal-anemia-aplastik-penyakit-langka-babe-cabita-sebelum-meninggal-dunia-22VY9Vci1m7
Comments
0 comment