Kisah Rahmat, Petugas Haji Difabel yang Terus Semangat Bantu Jemaah di Makkah
Kisah Rahmat, Petugas Haji Difabel yang Terus Semangat Bantu Jemaah di Makkah #newsupdate #update #news #text
Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas.  Foto: Dok MCH 2024
Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas. Foto: Dok MCH 2024

Namanya Rahmat, salah satu petugas haji penyandang disabilitas yang ikut bertugas di musim Haji 2024. Meski tangan kanan dan kirinya tak sempurna, semangat pria berusia 46 tahun itu tetap membara saat melayani para jemaah haji.

Pegawai Kemenag Lampung Barat bagian Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) itu bercerita, ia sebenarnya sudah dua kali ikut seleksi. Di seleksi pertama, ia mendaftar sebagai Ketua Kloter dan sempat masuk tiga besar, namun kandas saat wawancara.

“Saya sempat dengar, 'Kalau jadi ketua kloter, nemani jemaahnya gimana?'” kata Rahmat kepada wartawan di Makkah, menceritakan celetukan yang sempat ia dengar saat wawancara, dikutip Rabu (5/6).

Namun Rahmat tak patah arang. Ia kembali mendaftarkan diri tahun ini dan berhasil lolos. Ia percaya, salah satunya adalah berkat doa yang diucapkan oleh ayahnya yang berusia 94 tahun.

Sebelum mendaftar seleksi, Rahmat sempat bertemu ayahnya dan meminta didoakan agar lancar dalam mengikuti seleksi petugas haji 2024. Permintaan itu ia sampaikan melalui tulisan karena pendengaran ayahnya sudah berkurang.

“Kalau baca, ayah masih bisa,” ungkapnya.

Saat tahun ini Rahmat berhasil lolos, ayahnya menangis terharu. Itu adalah momen yang langka bagi Rahmat. Sebelumnya, selama hidupnya, ia hanya pernah sekali melihat ayahnya meneteskan air mata.

“Beliau meneteskan air mata. Padahal baru dua kali saya melihat ayah menangis, pertama kali di tahun 2021 ketika ibu meninggal. Kedua kalinya waktu tahu saya lulus sebagai petugas haji,” ucap Rahmat.

Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas.  Foto: Dok MCH 2024
Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas. Foto: Dok MCH 2024

Yakin Mampu Jadi Petugas Haji

Meski kondisi tangannya tak sempurna, Rahmat tak pernah merasa rendah diri. Ayah dari dua anak ini percaya ia bisa melakukan apa pun yang orang lain lakukan, meski harus dengan usaha ekstra.

Rasa percaya dirinya itu tumbuh dari didikan sang ayah yang merupakan petani kopi. Saat kecil dulu, kata Rahmat, orang tuanya sering membawanya ke acara atau hajatan kampung. Warga kampungnya juga tak pernah menganggap Rahmat berbeda.

“Yakinlah bahwa di setiap kekurangan ada kelebihannya, setiap orang pasti punya kekurangan, dan mungkin kita yang sudah nampak kekurangan bersyukur, karena kita tinggal munculkan kelebihannya,” anak bungsu dari sembilan bersaudara itu.

Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas.  Foto: Dok MCH 2024
Rahmat (46 tahun) petugas haji penyandang disabilitas. Foto: Dok MCH 2024

Ketua Sektor 7 Daker Makkah, Agus Sutisna, melihat Rahmat sebagai sosok yang bertanggung jawab dan tak pernah rendah diri. Malah Rahmat adalah orang yang selalu terlihat sangat bersemangat untuk membantu para jemaah.

“Pak Rahmat ini komit dalam melaksanakan tugas. Sebagai manusia biasa, awalnya sempat terbersit, bisa nggak ya Pak Rahmat ini, ternyata beliau sangat bertanggung jawab, tugas bisa diselesaikan dengan baik," tutur Agus.

Contohnya saja saat ditemui di hotel tempatnya bertugas. Dengan sigap Rahmat langsung membantu rombongan jemaah dari Jawa Barat itu dengan semangat.

“Biasanya, saya berjaga di lift, mengarahkan jemaah agar tak kebingungan mencari kamar di hotel," ucap Rahmat.

Rahmat berkomitmen, ia akan selalu semangat dan berusaha memberikan yang terbaik untuk melayani para Tamu Allah itu.

https://kumparan.com/kumparannews/kisah-rahmat-petugas-haji-difabel-yang-terus-semangat-bantu-jemaah-di-makkah-22sXzdvyfxO

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations