Filosofi Kaleng Biskuit
Oleh Felicia
Ilustrasi cup black coffe spoon on supported. Sumber: Shutterstock
Ilustrasi cup black coffe spoon on supported. Sumber: Shutterstock

Filosofi kaleng biskuit adalah sebuah filosofi yang mengajarkan tentang sesuatu yang dapat kita terima seiring berjalannya waktu. Di dalam kaleng biskuit ada bermacam-macam biskuit, dan tentu di dalam kaleng biskuit tersebut ada biskuit-biskuit yang kita suka maupun yang tidak kita suka.

Kebanyakan dari kita akan mengambil dan memakan biskuit yang kita suka. Maka, yang kemudian tersisa adalah biskuit yang tidak kita suka.

Kehidupan ini sama seperti biskuit, ada banyak macam rasa dan bentuknya. Bedanya adalah, kita tidak bisa memilih biskuit apa yang ingin kita pilih. Kehidupan berjalan normal dengan lika-liku yang tidak pernah berhenti episodenya. Ada perjalanan yang tidak kita suka, ada juga yang sebaliknya.

Namun ketika alam semesta memberikan kita pilihan, maka kita baru bisa memilih. Maka kebanyakan, kita memilih jalan yang sering kita anggap memberikan kemudahan tetapi justru sebaliknya.

Setidaknya kalau kita sedang mengalami hari yang buruk, maka percayalah hari yang buruk itu akan berlalu di lain waktu. Ketika hari yang buruk sudah terlewati, maka akan hadir hari yang menyenangkan.

Dari berbagai rasa biskuit, kita bisa memakan biskuit yang tidak kita suka hingga akhirnya kita bisa menemukan biskuit yang rasanya lebih enak dari sebelumnya. Semakin kita berani untuk mengasah dan menggali lebih dalam, maka akan ada episode kehidupan yang lebih baik dari hari sebelumnya.

Percayalah bahwa hari yang buruk memang bagian dari kehidupan yang sengaja di taruh untuk menyempurnakan episode kehidupan kita yang bisa menciptakan warna dan pembelajaran yang lebih terang dari sebelumnya.

Di dalam kaleng biskuit itu ada berbagai macam biskuit, kalau kita terus saja memakan biskuit yang kita suka, maka yang tersisa hanya yang tidak kita suka. Biskuit yang tidak kita suka itu akan menumpuk, membuntukan biskuit kesukaan yang menghalangi kita untuk merasakannya.

Sebaliknya, jika kita menerima dan mau memakan biskuit yang tidak kita suka, maka kita bisa menggali lebih dalam lagi untuk menemukan biskuit yang enak. Kalau biskuit yang tidak kita suka sudah di lewati, nanti akan muncul biskuit yang enak.

Ilustrasi coworkers keeping their hands together show. Sumber: Shutterstock
Ilustrasi coworkers keeping their hands together show. Sumber: Shutterstock

Perjalanan biskuit pun sama seperti kehidupan kita. Jika kita menerima hari yang menyedihkan, berusaha untuk menyelesaikan hari tersebut dengan lapang dada dan dapat berpikir dengan kepala dingin.

Selanjutnya kita akan melangkah ke hari yang baru untuk menemukan hari yang lebih baik dari hari yang menyedihkan itu. Oleh karena itulah hidup ini sama seperti kaleng biskuit.

Maka dari itu, saya ingin sekali membagikan filosofi kaleng biskuit yang punya kesamaan makna dengan kehidupan. Itu lah hidup, kadang ada yang menyenangkan dan sebaliknya, tinggal bagaimana cara kita bisa menghadapinya saja.

Jangan takut untuk melawan hari yang buruk, karena pada akhirnya hari yang buruk itu akan berakhir juga. Kehidupan yang baik sudah pasti akan menunggu di hari berikutnya.

Bahwasanya, begitulah kehidupan. Kalau isinya dipenuhi oleh kebahagiaan, maka akan hambar rasanya. Sesekali kita memang pantas menerima hari yang menyedihkan untuk menyempurnakan kehidupan yang bermanfaat bagi diri sendiri.

Maka, anggap saja kehidupan ini seperti kaleng biskuit. Kalau kita sudah melewati biskuit yang tidak kita suka, maka kita bisa menemukan biskuit yang kita suka. Itulah hidup.

https://kumparan.com/feli-felicia/filosofi-kaleng-biskuit-217LY7MA451

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations