Cuaca Panas dan Kegerahan? Tengok Solusi Kreatif Orang-Orang Jepang
Oleh BBC NEWS INDONESIA
Sejumlah perempuan Jepang memakai yukata berpartisipasi dalam acara 'uchimizu', yaitu menyiramkan air pada musim panas guna mendinginkan lingkungan sekitar.
Sejumlah perempuan Jepang memakai yukata berpartisipasi dalam acara 'uchimizu', yaitu menyiramkan air pada musim panas guna mendinginkan lingkungan sekitar.

Saat khalayak dunia mengalami gelombang panas, seorang pelancong menemukan solusi mengatasi kegerahan dari Jepang, mulai dari pakaian dalam berteknologi tinggi hingga filosofi kuno.

Langkah kami terhenti ketika layar iPhone memberi tahu bahwa suhu telah menembus 37 derajat Celsius. Berjalan kaki dengan bermandikan sinar matahari membuat tubuh kami terasa seperti steak wagyu yang mendesis di atas panggangan. Saya jadi berpikir: apakah berbulan madu di Jepang pada bulan Juli – salah satu bulan terpanas dan paling lembap – benar-benar ide bagus?

Dalam perjalanan dari Osaka ke Kobe ke Kyoto, saya dan istri, Erin, setiap hari membuat agenda dengan satu tujuan: jangan sampai kami meleleh menjadi genangan air. Di sekitar kami, gerombolan turis sama-sama berkeringat. Tetapi beberapa hari kemudian, saya menyadari sesuatu. Penduduk setempat terlihat lebih keren, tidak terlalu pemarah, lebih nyaman. Mengapa?

Jawabannya seharusnya tidak mengejutkan. Jepang, yang terkenal dengan pemikiran desain dan inovasinya, punya berbagai cara untuk bertahan dari siksaan panas matahari. Meskipun rakyat Jepang juga menyukai AC seperti kebanyakan negara lain yang dilanda panas, mereka juga menemukan solusi kreatif, mulai dari pakaian berventilasi elektrik hingga ritual yang berhubungan dengan air.

Solusi seperti ini melambangkan sebuah bangsa di mana tradisi kuno menyatu dengan kemodernan tanpa henti menuju masa depan.

Inilah enam cara penduduk setempat mengatasi panas ekstrem.

Ruang Zen, pola pikir Zen

Tanpa berkata-kata, Anda bisa melihat mata setiap turis saat mereka mengipasi wajah mereka yang berkeringat. Seolah-olah mereka berucap: “Saya ingin keluar dari matahari, sekarang”.

Di saat seperti ini, ada slogan Jepang berbunyi: “Mono no aware”. Terjemahannya kira-kira “semua hal akan berlalu". Inti slogan tersebut adalah segala sesuatu itu indah, cepat berlalu dan sementara - bahkan panas terik.

Dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post, jurnalis berbasis di Tokyo, Richard Lloyd Parry, yang menulis buku tentang tsunami Jepang 2011, berteori bahwa paparan cuaca ekstrem telah membentuk karakter nasional Jepang.

Gempa bumi, cuaca buruk, topan - "semua ini telah menimbulkan pemikiran fatalisme atau penerimaan yang mendalam [dalam jiwa orang Jepang]".

Jika slogan “mono no aware“ tampaknya sulit dicerna otak dalam cuaca panas, jadilah seperti orang lokal dan pergilah ke ruang Zen yang sesungguhnya.

Di Kyoto, Taman Kuil Heian Jingu benar-benar penuh udara segar. Deretan pohon maple dan ceri yang dilingkari kolam sejuk, taman ini terasa seperti pintu menuju dimensi yang lebih tenang.

Pusat taman itu adalah Jembatan Perdamaian yang dipenuhi dengan ratusan lonceng kaca furin.

Sering tersebar di sekitar kuil sebagai simbol perlindungan terhadap kejahatan, nada dering furin bertindak sebagai pengingat angin sejuk. Berjalan dikelilingi oleh lonceng ini, dengan memandangi ikan koi gemuk di kolam, saya dapat membuktikan bahwa suaranya terasa menenangkan.

Fesyen: Ultra-baggy dan bertenaga kipas

Baik di pasar atau kuil Shinto, turis-turis mengatasi cuaca panas dengan memakai baju tipis. Singlet, crop top, dan celana pendek menjadi cara kami mengenali sesama turis.

Sebaliknya, banyak penduduk setempat memakai baju berlapis-lapis. Yuri Cath, yang dibesarkan di Yokohama, menjelaskan bahwa mengenakan pakaian terbuka di Jepang masih dianggap tidak sopan," kata Cath, "jadi orang bisa berkreasi dengan lapisan yang lebih keren, sambil tetap tampil gaya."

Selain membiarkan udara bersirkulasi dengan bebas di sekitar anggota tubuh, pakaian berlapis juga menunjukkan adat istiadat mode konservatif negara tersebut. "

Anda juga patut membeli beberapa pakaian dari Uniqlo, merek fesyen yang disukai di Jepang dan luar negeri. Mereka memiliki garis inovatif yang disebut AIRism, terbuat dari kain tipis yang menyerap keringat dan cepat kering. Saya membeli empat pakaian dalam AIRism. Kain tipis dan halus itu adalah suvenir terbaik saya dari Jepang.

Saya iri melihat pria-pria Jepang yang berjalan memakai celana tobi (seperti celana parasut MC Hammer, tapi lebih besar). Tobi awalnya dikenakan oleh pekerja konstruksi karena bahannya mengembang sehingga membuat tubuh tetap sejuk.

Ada pula pakaian berteknologi tinggi. Kami melihat petugas penyeberangan mengenakan seperti jaket tebal. Ternyata jaket itu dilengkapi kipas bawaan sehingga ketika jaketnya dirisleting, ada semacam sistem udara yang menciptakan kesejukan.

Air asin jadi solusi

Ke manapun Anda berjalan di Jepang, Anda akan selalu melihat mesin penjual otomatis. Ada beragam air kemasan, tapi satu minuman benar-benar pilihan tepat saat cuaca panas mendera.

Pocari Sweat mungkin bukan nama Inggris yang paling menarik, tetapi campuran elektrolitnya, yang awalnya terinspirasi oleh komposisi larutan infus, (setidaknya menurut situs web mereka) dirancang untuk melegakan dahaga Anda lebih cepat. Cairan dingin dan asin itu terasa seperti penyelamat di tengah hari.

Lebih dari satu teman Jepang memuji popularitas Pocari karena kehebatan iklan mereka. Saat suhu naik, pemasaran merek ini mulai bekerja keras. Pada 2014, mereka bahkan memasang stiker yang sensitif pada suhu panas di halte bus sehingga stiker itu akan berubah menjadi merah saat termometer melewati 30 derajat Celsius.

Jika tidak ada mesin penjual otomatis terdekat, pergilah ke toko swalayan yang ada di mana-mana.

Saat Anda menikmati AC, ambil sekantong permen plum asin – suguhan untuk dihisap sambil mengisi kembali kadar sodium Anda.

Bahasa musim panas

Jepang punya banyak kosa kata seputar panas. Ada kepraktisan dalam bahasa tersebut. Jika seseorang memberi tahu Anda bahwa cuaca besok adalah kokusho (panas luar biasa sekitar 35C), maka Anda akan berpakaian sesuai dengan itu.

Jika mereka mengatakan cuaca akan panas tapi bisa ditahan, berkat kunnuu (angin sejuk musim panas), situasinya akan lebih baik.

Atau jika Anda menderita natsubate, kelelahan musim panas, dan ingin berjongkok di sofa sambil menenggak Pocari Sweat, ada sebutan untuk aktivitas itu: shokibarai (kurang lebih: "menghibur pikiran dan tubuh untuk menghilangkan panas").

Berbicara tentang shokibarai, Yuri Cath mengatakan bahwa di musim panas, banyak saluran TV di sini menayangkan ulang film horor tanpa akhir. Ada kepercayaan di Jepang, jelasnya, bahwa film yang "mengerikan” akan membuat Anda merinding. "Aku menyukainya," kata Cath, "meskipun aku selalu menyesal menontonnya setelah itu."

Bukan kebetulan cerita hantu memenuhi layar setiap musim panas: Obon, sebuah festival kuno untuk menghormati orang-orang tercinta yang telah meninggal, diadakan pada bulan Agustus.

Pada saat festival itu, diperkirakan bahwa arwah orang meninggal berjalan untuk sementara di Bumi.

Hidup sesuai cuaca

Rupanya, ketika saya dan istri saya melahap sepiring katsu kari, kami cukup pintar. Seperti banyak budaya di Asia, orang Jepang percaya bahwa makanan pedas dapat menyegarkan Anda setelah melalui hari yang panas. Sebab ketika Anda berkeringat, suhu tubuh akan mendinginkan Anda.

Filosofi makan dan hidup di Jepang menyelaraskan dengan cuaca yang sedang berlangsung. Yuri Cath berkata, "Anda mungkin memperhatikan bahwa AC di ruang publik diatur agar tidak terlalu dingin."

Benar saja, lebih dari satu kereta yang kami lihat memiliki tanda bertuliskan "sedikit ber-AC". Itu bukan hanya tindakan penghematan energi yang bagus, kata Cath: ini membantu Anda tetap selaras dengan panas sekitar.

Membuang panas

Kami melihat beberapa penjaga toko dengan hati-hati membuang air ke jalan menggunakan ember.

Baru kemudian saya menyadari bahwa dalam cuaca hangat, tindakan ini adalah praktik kuno yang dikenal sebagai uchimizu, yaitu mendinginkan suhu udara sekitar dan memadatkan debu dengan memercikkan air dengan tangan Anda atau melemparkannya ke tanah.

Selama beberapa dekade, Federasi Air Jepang telah menjalankan kampanye untuk mendorong orang untuk menyiram (idealnya dengan air hujan yang terkumpul daripada air ledeng karena boros).

Meskipun hanya ada sedikit penelitian ilmiah tentang uchimizu, satu percobaan oleh tim di Delft University of Technology di Belanda menyimpulkan bahwa "metode sederhana memercikkan air ini berpotensi mengurangi panas ekstrem di daerah perkotaan beraspal".

Mereka menambahkan bahwa praktik tersebut "memberikan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran penduduk kota dan mendorong mereka untuk [...] menghemat energi."

Banyak orang yang melempar air ke jalan yang kami jumpai sudah lansia. Waktu akan menentukan apakah praktik tersebut akan diwariskan dari generasi yang lebih tua atau mati.

Saya dan istri saya menyelesaikan bulan madu kami dengan perasaan cinta Jepang. Tenaga kami terkuras karena 10 hari melawan cuaca panas. Dalam perjalanan pulang dengan pesawat ber-AC, saya bertanya-tanya apakah perjalanan saya di masa depan akan dilihat melalui lensa yang sama: belajar dari cara kuno dan baru yang dipraktikkan penduduk setempat guna bertahan di planet yang memanas.

Artikel ini dapat Anda simak dalam bahasa Inggris dengan judul Want to cope with heatwaves? Look to Japan's creative cooling solutions pada BBC Travel

https://kumparan.com/bbc-news-indonesia/cuaca-panas-dan-kegerahan-tengok-solusi-kreatif-orang-orang-jepang-20yYZjyqOae

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations