Berbondong-Bondong Berobat ke Negeri Jiran
Banyak pasien dari Indonesia bercerita pengalaman berobat ke Malaysia. Mereka merasa pengobatan lebih murah. Bagaimana kisahnya?

Junendra (42) cemas ketika hasil computerized tomography scan (CT scan) dari salah satu rumah sakit di medan menunjukkan bahwa istrinya menderita bronkitis kronis. Terdapat dua bercak yang nampak dari belakang dan depan punggung sang istri. Junendra yakin istrinya harus segera mendapat perawatan secara intensif.

Namun, dokter yang memeriksa menyatakan paru-paru istrinya bersih meski terdapat dua bercak dari hasil ct scan. Penjelasan itu seketika membuatnya Junendra ragu.

“Saya tanya sama doktornya. Dok, kalau istri saya paru-parunya bersih kenapa ada hasil dari city scan bronkitis kronis?” tanyanya.

“Ya, memang bersih saya cek semua bersih,” ucap Junendra menirukan dokter saat wawancara bersama kumparan di Island Hospital 308, Jalan Macalister, George Town, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (19/10).

Flagship Media Visit Malaysia Healthcare Tourism Council (MHTC) - Oktober 2023. Foto: Dok: MHTC
Flagship Media Visit Malaysia Healthcare Tourism Council (MHTC) - Oktober 2023. Foto: Dok: MHTC

Mendapat penjelasan yang kurang memuaskan, pria yang bekerja sebagai agen asuransi kesehatan itu akhirnya memutuskan untuk mencari second opinion berobat ke Penang, Malaysia.

Sebelum berangkat ia telah berkonsultasi dengan Island Hospital secara daring mengenai rencana berobatnya selama satu minggu kedepan. Selama berkonsultasi dengan pihak rumah sakit Junendra mendapat penjelasan mengenai kisaran biaya yang dibutuhkan, perlakuan (treatment) apa saja yang nantinya akan dilakukan oleh pihak rumah sakit.

Usai konsultasi ia pun memutuskan untuk membeli tiket pesawat untuk rute penerbangan Medan ke Penang yang hanya kurang dari satu jam pada 12 Oktober 2023. Setelah ia sampai di Bandara Internasional Penang ia langsung menuju Island Hospital yang hanya berjarak 15 kilometer atau kurang dari 30 menit.

Pemandangan Pulau Pinang dari Rooftop Island Hospital untuk Pasien Selama Dirawat (19/10) Foto: Dok: MHTC.
Pemandangan Pulau Pinang dari Rooftop Island Hospital untuk Pasien Selama Dirawat (19/10) Foto: Dok: MHTC.

Island Hospital merupakan rumah sakit spesialis penyakit dalam, ortopedi, THT, dan bedah. Rumah sakit ini memiliki 50 lebih dokter spesialis, dan 300 kamar rawat inap.

Usai Junendra mendaftar, istrinya langsung mendapat perawatan intensif oleh dokter spesialis. Semuanya dilakukan secara praktis dan cepat.

Pria asal Medan ini pun akhirnya mendapat jawaban yang memuaskan oleh Dokter spesialis otolaringologi (THT), Victor Ooi Keat Jin. Sang Dokter menguasai lima bahasa, salah satunya Indonesia. Ini juga memudahkan dirinya saat berkonsultasi.

“Saat memilih berobat, paling utama itu bukan hospital dulu, dokter spesialisnya,” jawab Junendra.

Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dr Victor, istri Junendra didiagnosis bronkitis kronis. Penyakit dengan gejala nyeri di bagian dada dan susah untuk bernapas itu hanya diberikan obat saja. Selama 3 hari pemeriksaan kondisi istrinya langsung membaik.

“Kurun waktu dua tiga hari, batuk istri saya hilang. Mereka teliti, mereka cukup sabar. Dan itu kenyataan yang saya alami,” lanjutnya.

Resepsionis Modern Milik Subang Jaya Medical Centre, Kuala Lumpur, Malaysia, (17/10). Foto: Dok: Abdul Latif/kumparan.com
Resepsionis Modern Milik Subang Jaya Medical Centre, Kuala Lumpur, Malaysia, (17/10). Foto: Dok: Abdul Latif/kumparan.com

Sementara itu, pasien lain yang enggan disebutkan namanya mengaku berobat ke Penang lantaran layanan dan kualitas yang diterima pasien sangat baik. Selain itu, banyaknya pilihan dokter spesialis membuatnya memilih berobat ke Negeri Jiran ini.

“Di Indonesia dokternya enggak bisa menemukan penyakit ibu saya. Akhirnya saya memilih berobat di sini (Malaysia),” katanya saat ditemui di Bandar Udara Internasional Penang, Malaysia, Jumat (20/10).

Ia merupakan ibu rumah tangga yang kini tinggal di Lampung. Memang ia telah puluhan tahun berobat ke Malaysia. Ia mengantarkan ibunya yang menderita penyakit jantung. Ibunya yang kini berusia 82 tahun masih terlihat sehat. Ia masih bisa berjalan sendiri.

“Dari dokter spesialis dikasih empat obat untuk diminum dalam sehari,” katanya.

Daftar Dokter Spesialis Secara Detail Milik Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia, Rabu (18/10). Foto: Abdul Latif/kumparan.
Daftar Dokter Spesialis Secara Detail Milik Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia, Rabu (18/10). Foto: Abdul Latif/kumparan.

Ela, pasien asal Surabaya menceritakan kepada kumparan pengalamannya berobat ke Malaysia. Ia mengaku bahwa biaya pengobatan di Malaysia lebih kompetitif dibanding di Indonesia. Ia mencontohkan biaya untuk medical check up mulai Rp 2 jutaan belum termasuk pesawat dan penginapan.

Menariknya, mulai pengurusan paspor, pemilihan hotel, perkiraan rincian biaya semuanya sudah dibantu oleh pihak rumah sakit. Sejak turun di bandara ia dijemput lalu diantar ke hotel tempat ia menginap. Hal-hal kecil semuanya dilayani secara ramah dan sangat pengertian.

“Dokternya, nurse-nya [perawat] ramah-ramah. Rumah sakitnya wangi, bersih dan kita sangat diperhatikan,” tuturnya.

Sebagai catatan pasien dari Indonesia yang (WNI) yang datang untuk berobat ke Malaysia meningkat pesat. Tercatat, pada 2022 WNI yang berobat ke Malaysia mencapai 312.000 pasien, meningkat drastis dari 2019 yang hanya sebesar 670 pasien.

Suasana Pendaftaran Pasien di Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia dalam Agenda Flagship Media Visit bersama Malaysia Healthcare Tourism Council. Foto: Dok. Abdul Latif/kumparan.
Suasana Pendaftaran Pasien di Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia dalam Agenda Flagship Media Visit bersama Malaysia Healthcare Tourism Council. Foto: Dok. Abdul Latif/kumparan.

Standar Rumah Sakit Kelas Dunia

Kumparan berkesempatan mengunjungi empat rumah sakit swasta yang telah lolos uji standardiasi kelaikan layanan kesehatan berkualitas internasional (ISQua, MSQH, ACHS, RTAC, Temos).

Empat rumah sakit itu adalah Island Hospital (Penang), Mahkota Medical Center (Malaka), Subang Jaya Medical Center (Kuala Lumpur), dan Institut Jantung Negara (Kuala Lumpur).

Chief Commercial Officer Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) Farizal B. Jaafar menjelaskan, untuk mendapat sertifikasi kelaikan kesehatan standar internasional ada banyak penilaian yang ketat untuk setiap rumah sakit. Keempat rumah sakit spesialis itu lolos menjadi top four di Malaysia.

Bangunan Baru Milik Island Hospital, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (19/10) Foto: MHTC
Bangunan Baru Milik Island Hospital, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (19/10) Foto: MHTC

Setidaknya ada 51 acuan penilaian oleh lembaga internasional untuk masing-masing rumah sakit yang menjadi mitra MHTC. Malaysia Healthcare Travel Council merupakan lembaga resmi di bawah Kementerian Kesehatan Malaysia yang berfungsi untuk memfasilitasi dan mempromosikan pariwisata berbasis kesehatan Negeri Jiran tersebut.

“Misalnya bagaimana rumah sakit melakukan inovasi teknologi terbaru. Bagaimana cara melayani kepada pasien secara tulus dan personal. Porsi penilaian paling tinggi ada di pengobatan dan pelayanan,” ujarnya saat makan malam bersama awak media di Hotel Parkroyal Collection, Kuala Lumpur, Selasa (17/10).

Teknologi Terbaru Milik Subang Jaya Medical Centre Radixact X9 Tomotherapy, Kuala Lumpur, Malaysia Selasa (17/10). Foto: Dok: Abdul Latif/kumparan.com
Teknologi Terbaru Milik Subang Jaya Medical Centre Radixact X9 Tomotherapy, Kuala Lumpur, Malaysia Selasa (17/10). Foto: Dok: Abdul Latif/kumparan.com

Keempat member rumah sakit tersebut telah menggunakan teknologi terbaru yang diimpor dari Eropa hingga Amerika. Dengan teknologi terbaru ini, pasien akan mendapat hasil pemeriksaan lebih akurat dan cepat.

Chief of Staff Island Hospital Lim Kooi Ling mengatakan bahwa rumah sakit tempat dia bekerja fokus investasi pada teknologi, sumber daya manusia hingga layanan ketersediaan kamar pasien.

Tahun lalu Island Hospital membangun gedung baru 12 lantai yang mewah untuk menambah kapasitas 300 kamar. Selain itu, manajemen Island Hospital juga menambah 14 ruang operasi baru dengan teknologi tingkat tinggi.

“Oh, ini [investasi bangunan baru] sekitar setengah RM 500 juta [atau sekitar Rp 1,67 triliun]. Namun kami terus berinvestasi untuk jangka panjang," ujarnya.

"Karena ketika kita mempunyai peralatan yang bagus, staf yang bagus, dokter yang bagus, rumah sakit yang bagus, semua orang akan mendapat manfaatnya,” jelasnya.
Chief of Staff Island Hospital Lim Kooi Ling Saat Paparan di Island Hospital, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (19/10). Foto: Dok. MHTC.
Chief of Staff Island Hospital Lim Kooi Ling Saat Paparan di Island Hospital, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (19/10). Foto: Dok. MHTC.

Kumparan berkesempatan untuk melihat-lihat alat kesehatan modern yang dioperasikan di empat rumah sakit tersebut. Alat-alat canggih itu membantu kinerja dokter untuk hasil laporan penyakit dalam pasien secara detail. Setiap operator alat akan bertanggung jawab khusus untuk menjaga sepanjang hari.

Chief Executive Officer Subang Jaya Medical Center Bryan Lin menjelaskan bahwa, untuk memberikan perawatan terbaik kepada pasien kanker, rumah sakitnya telah dilengkapi dengan sistem dan teknologi medis terkini, termasuk Radixact X9 Tomotherapy.

“[teknologi] generasi terbaru, yang dilengkapi dengan pelacakan sinkronisasi gerakan secara real-time,” kata Bryan.

Salah Seorang Dokter Sedang Menjelaskan Demo Penggunaan Alat CT Scan saat Hari Anastesi Sedunia 2023 Institute Jantung Negara, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (17/10). . Foto: MHTC
Salah Seorang Dokter Sedang Menjelaskan Demo Penggunaan Alat CT Scan saat Hari Anastesi Sedunia 2023 Institute Jantung Negara, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (17/10). . Foto: MHTC

Sementara itu Deputy Chief Executive Officer Institut Jantung Negara (IJN) Dato Akmal Arief Mohamed Fauzi menjelaskan bahwa untuk rumah sakitnya memiliki penanganan khusus bagi pasien dengan penyakit jantung.

“Dari segi fasilitas, IJN memiliki sembilan ruang operasi, khusus untuk pasien jantung, dan dalam satu hari kami bisa melakukan 18 operasi,” ujarnya.

Chief Executive Officer Mahkota Medical Centre Stanley Lam menyebut bahwa rumah sakitnya memiliki peralatan pengobatan yang canggih seperti penggunaan Tomotherapy Radixact 7 untuk pasien kanker.

“Rumah sakit ini dilengkapi dengan teknologi canggih seperti PET CT Scan, sistem pendingin Paxman, USG endoskopi, USG endobronkial hingga tomografi koherensi optik untuk mendeteksi penyakit mata retina,” ucap Stanley.

(Kiri) Dokter Spesialis Pengobatan Nuklir dan PET-CT Dato Mohamed Ali Abdul Khader, dan CEO Mahkota Medical Centre Steanly Lam, Rabu (18/10). Foto: Dok. MHTC
(Kiri) Dokter Spesialis Pengobatan Nuklir dan PET-CT Dato Mohamed Ali Abdul Khader, dan CEO Mahkota Medical Centre Steanly Lam, Rabu (18/10). Foto: Dok. MHTC

Melalui standar teknologi yang tinggi ini membuat Malaysia kerap mendapat penghargaan internasional (International Medical Travel Journal 2015, 2016, 2017, dan 2020) sebagai negara dengan destinasi wisata berbasis kesehatan favorit pasien mancanegara.

Beberapa penghargaan lainnya seperti Asia Pacific Healthcare and Medical Tourism Award (2016-2023) yaitu sebuah program penghargaan yang fokus pada standar kualitas industri pariwisata berbasis kesehatan di rumah sakit seluruh negara-negara Asia.

Salah Satu Alat untuk Pendeteksi Kanker di Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia Dok: MHTC.
Salah Satu Alat untuk Pendeteksi Kanker di Mahkota Medical Centre, Malaka, Malaysia Dok: MHTC.

Biaya Berobat Relatif Lebih Murah

Malaysia Healthcare Tourism Council telah merangkum perbandingan biaya berobat sejumlah negara di Asia. Berdasarkan data yang dipaparkan, berobat di Malaysia relatif lebih terjangkau dibanding Singapura, Thailand, dan Korea Selatan.

CEO MHTC Farizal B Jaafar menjelaskan bahwa biaya berobat di Malaysia lebih rendah 60%-80% dibanding sejumlah tiga negara yang telah disinggung. Ini menunjukkan bahwa berobat di Malaysia lebih efisien.

“Kita bisa melihat bagaimana beberapa perawatan yang lebih terjangkau. Seperti penggantian lutut, penggantian pinggul total, dan lain sebagainya. Namun, dari sisi kualitas kita masih kompetitif dibanding negara-negara itu,” katanya.

Data Perbandingan Biaya Berobat Antara Malaysia dan Sejumlah Negara oleh Malaysia Healthcare Tourism Council (MHTC). Dok: Abdul Latif/kumparan
Data Perbandingan Biaya Berobat Antara Malaysia dan Sejumlah Negara oleh Malaysia Healthcare Tourism Council (MHTC). Dok: Abdul Latif/kumparan

Sementara itu Director Marketing MHTC Farah Delah Suhaimi mengatakan salah satu yang membuat biaya berobat di Malaysia lebih terjangkau karena ada regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Malaysia. Regulasi ini memberikan rentang biaya minimal dan maksimal.

“Jadi pasien yang berobat ke sini [Malaysia] mereka sudah tahu perkiraan biaya yang akan dikeluarkan. Selain itu biaya tidak mungkin bengkak, karena pemerintah sudah mengatur mengenai harga berobat,” jelasnya.

Melihat industri pariwisata berbasis kesehatan (medical tourism) di Malaysia yang kian menunjukkan masa depan yang cerah, Farizal mengatakan akan terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien dari berbagai negara.

“Melihat pertumbuhan pasien setiap tahunnya. Kami akan terus menyeleksi keempat rumah sakit tadi [IJN, SJMC, MMC, dan Island Hospital] dalam beberapa tahun kedepan. Entah keempatnya lolos, atau hanya satu saja. Kami belum bisa menjawab,” pungkasnya.
https://kumparan.com/kumparannews/berbondong-bondong-berobat-ke-negeri-jiran-21UTnO1gXrs

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations