BASF-Eramet Hengkang, Menteri ESDM Cari Mitra Baru Proyek Smelter Sonic Bay
Menteri ESDM Arifin Tasrif membenarkan kabar hengkangnya perusahaan asal Jerman, BASF, dan perusahaan tambang asal Prancis, Eramet, dari proyek Sonic Bay. #bisnisupdate #update #bisnis #text
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di kantor Ditjen Migas, Kamis (20/6/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di kantor Ditjen Migas, Kamis (20/6/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan

Menteri ESDM Arifin Tasrif membenarkan kabar hengkangnya perusahaan asal Jerman, BASF, dan perusahaan tambang asal Prancis, Eramet, dari proyek Sonic Bay berlokasi di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Proyek senilai USD 2,6 miliar itu berupa pengembangan smelter dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP). Produk akhir itu digunakan salah satunya sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

"Ya kalau mundur ya kita cari yang lain, ya masih banyak yang lain yang mau," katanya saat ditemui di kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (28/7).

Arifin mengatakan, BASF memutuskan untuk tidak melanjutkan investasinya di proyek Sonic Bay karena sudah mengamankan pasokan bahan baku dari tempat lain. Padahal rencananya, BASF yang akan menyerap produk akhir dari smelter Sonic Bay.

“Dikatakan bahwa BASF sudah bisa mendapatkan pengamanan supply, jadi dia memutuskan tidak masuk di Indonesia. Mungkin dia sudah ada dari tempat lain, tapi kita tidak tahu di balik itu ada apanya,” ungkap Arifin.

Adapun pada Januari 2023, pemerintah mengatakan Eramet dan BASF hampir menyelesaikan investasi senilai USD 2,6 miliar dalam produksi nikel untuk digunakan dalam baterai kendaraan listrik.

Sebelumnya, dikutip dari Reuters, Eramet enggan menjelaskan lebih lanjut alasan kedua perusahaan membatalkan investasinya senilai USD 2,6 miliar dari proyek hilirisasi nikel di kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay tersebut.

“Setelah evaluasi menyeluruh, termasuk diskusi mengenai strategi pelaksanaan proyek, kedua mitra telah memutuskan untuk tidak melakukan investasi ini,” kata Eramet dalam siaran persnya, dikutip Rabu (26/6).

Eramet menambahkan bakal terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya.

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membantah BASF dan Eramet mundur dari proyek baterai listrik Sonic Bay di Maluku Utara. Tapi hanya menunda.

"Kemarin saya baru dapat kabar itu. Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi di-pending sementara," kata Bahlil di sela Pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Pengusaha Jasa Boga (APJI) periode 2024-2029 dikutip dari Antara, Jumat (28/6).

Bahlil mengeklaim kedua perusahaan itu memilih menunda investasinya karena penjualan mobil listrik di Eropa dan AS lagi turun. Karena itu, dia terus berkomunikasi dengan mereka karena nilai investasinya besar, USD 2,6 miliar.

Dia menegaskan tidak perlu ada kekhawatiran terhadap investor asing lainnya akibat dua perusahaan tersebut melakukan penundaan investasi.

"Ini cuma persoalan komoditas mobil listriknya di Eropa sama Amerika aja yang turun. (Kalau) semuanya jalan kok, Korea, Jepang, China nggak ada masalah, nggak ada isu," kata Bahlil.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/basf-eramet-hengkang-menteri-esdm-cari-mitra-baru-proyek-smelter-sonic-bay-231cXxe2r8j

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations