

Pasaman – Wiliam Hutabarat selaku Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Pasaman memberikan pernyataan terkait pemberitaan akan dirinya yang suka meminum tuak ditempat umum.
William mengatakan bahwa sejumlah media yang memberikan pemberitaan tersebut sangat diskriminatif dan terkesan sentimen terhadap dirinya.
William menjelaskan bahwa Sebagai orang berdarah Batak, minum tuak merupakan sebuah kebiasaan. Terlebih saat duduk di lapo (kedai), bercanda gurau dengan rekan seperjuangan di waktu santai.
“Saya ASN, di lain sisi saya masyarakat biasa pula, punya hobi kebiasaan dan semua hak pribadi lainnya. Ketika saat memakai baju ASN, ya saya patuh dan taat pada aturan. Saat jadi orang biasa, itu hak saya mau mengapa,” ujar Awe, sapaan akrabnya, Rabu (26/8/2020).
Ia mengakui, bahwa dirinya suka minum tuak, namun itu di saat tertentu saja. Ia mengetahui bahwa dalam ajaran agama Islam, perbuatan itu dilarang karena termasuk ke dalam minuman keras (khamar). Namun, dalam tradisi dan keyakinan yang dia anut, hal itu sah-sah saja.
“Saya akui, memang saya minum tuak di saat tertentu, tapi saya ingat ada batasan. Darah keturunan dan akidah saya berbeda dengan kawan-kawan itu, disamakan pula kebiasaan dalam memakan atau meminum suatu hal, mana pula cocok,” katanya.
William melanjutkan, bahwa kebiasaannya menenggak minuman tuak, tidak serta merta mencoreng visi misi Pemkab Pasaman, serta melanggar kode etik ASN. Sebagai ASN, ia berkomitmen dan bertanggungjawab mendukung visi misi pemerintah dengan disiplin dan tahu aturan.
“Urusan agamis atau taat pada keimanan, itu urusan masing-masing antara individu dan Tuhan. Jangan dikacau semuanya, apalagi pemberitaan. Banyak-banyaklah membaca, jangan hanya karena unsur sakit hati atau semacamnya, masalah pribadi saya diobok-obok ke khalayak umum,” ucapnya.
Sekedar informasi, dilansir dari laman Indozone Tuak merupakan sejenis minuman beralkohol hasil fermentasi nira, beras, maupun buah yang mengandung gula. Minuman ini bisa didapatkan di sejumlah kedai penjual tuak yang disebut Lapo Tuak.
Kadar alkohol dalam tuak berbeda-beda tergantung daerah pembuatannya. Dalam pesta perayaan adat Batak, tuak juga kerap disajikan untuk menjamu tamu. Tuak dikonsumsi masyarakat Batak karena dianggap berkhasiat menghangatkan tubuh.
Sumber : Harian Haluan
Editor : Yedija M