Tenang di Tangan Tuhan
Mazmur 27:1-6
1. Dari Daud. Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? 2. Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. 3. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. 4. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya. 5. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. 6. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan
Seorang raja mengadakan sayembara tentang kedamaian. Akhirnya ada dua lukisan yang disukai raja. Lukisan pertama menggambarkan danau yang begitu tenang dengan langit biru dan awan putih. Sungguh damai. Lukisan kedua menggam-barkan pegunungan yang tampak kasar dan gundul. Di atasnya langit gelap dan merah menandakan akan turun hujan badai serta kilat yang menyambar. Sama sekali tidak mencerminkan kedamaian. Namun, sang raja melihat sesuatu yang menarik. Di balik air terjun, ada semak-semak kecil di atas sela-sela batu. Di dalam semak itu nampak seekor induk burung pipit yang sedang mengerami telurnya dengan damai. Benar-benar damai. Di luar dugaan, raja memilih lukisan kedua. Apa alasannya? “Kedamaian bukan berarti tidak ada masalah, kesulitan, kesedihan dan derita. Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai meskipun Anda berada di tengah keributan luar biasa”.
Demikian dengan pemazmur, Daud. Dia mengalami penderitaan yang luar biasa, karena dia difitnah. Namun dia tetap tenang. Mari kita baca di ayat 3, dia percaya, berharap, aman, tenang, tenteram sedikit pun tidak gelisah atau takut. Bagaimana dia bisa tetap tenang di tengah badai derita dan pergumulan? Karena dia mengenal Allah dengan sangat jelas. Di Ayat 1, dia mengenal bahwa Allah adalah terangnya, keselamatannya, benteng hidupnya, Allah yang mahakuasa, yang dapat melakukan segala cara untuk menyelamatkannya.
Kitapun haruslah demikian. Terutama kita yang sudah mengenal dan mengimani Tuhan Yesus yang telah mengalahkan maut dan memberi kita keselamatan, itu akan membuat kita mampu mengatakan: terhadap siapakah aku takut, aku gemetar? Aku akan tetap tenang walau di tengah derita.
*Yayasan Badan Kerjasama Marturia