Mengkel Ma Hita!

Humor itu amat penting karena menggundang tawa. Sebab, tertawa itu membawa kesehatan pada tubuh dan batin seseorang. Tertawa hadir membawa kebahagiaan jika kondisi batin sejuk. Humor ibarat memberi pelumas untuk meredakan yang tegang, merenggangkan saraf-saraf yang pegal. Cerita humor penting karena kerap kali dalam hubungan antarmanusia sering jadi ketengangan, mis komunikasi. Agar jangan tegang terus, perlulah tertawa.

Humor juga cara terbaik menyampaikan pesan moral. Para pemimpin, guru yang mengajar, termasuk alim ulama, pendeta sekalipun perlu berhumor. Humoris itu cedikia. Para pemuka agama semestinya saat menyampaikan ujaran agamanya perlu dibumbui dengan cerita humor. Humor seperti ventilasi udara dalam rumah. bahwa rumah yang berventilasi akan terasa sejuk di dalamnya. Sebaliknya, rumah tanpa ventilasi akan terasa bau dan sesak.

Namun pertanyaannya humor seperti apa yang patut? Apakah semua humor, asal mengundang tawa? Humor juga tentu mesti cerdas, berbobot dan pantas. Tak boleh hanya sekedar ajang lucu-lucuan, jokes ngakak, yang mengandung ketawa-ketiwi.

Humor tak boleh mengumbar aurat, apalagi menyinggung SARA. Artinya humor harus menjaga perasaan pendengarnya, walau bisa menyentil. Sekali lagi, humor mesti sarat pesan moral, cerminan warna-warni kehidupan. Selain menampilkan kelucuan, tak hanya sekedar ajang jenaka atau lucu-lucuan saja.

Lalu, jika berbicara humor dari konteks bahasa dan daerah tentu pelbagai macamnya. Ada humor Papua, ada humor Jawa, yang kita kenal dengan Srimulat. Ada humor Sunda, misalnya. Termasuk humor Batak, konon dulu di tahun 60-an ketika masih ada opera sebagai hiburan rakyat di tanah Batak, humor kerap mengiringi cerita di opera. Tetapi seiring waktu pula, opera tak lagi menjadi pendamping dalam pertunjukkan opera, humor Batak itu pun mulai hilang ditelan waktu.

Memang, ada saja yang mencoba mengeksiskan humor Batak. Contoh saja, humor Batak ala Si Timbal Laut, Si Sangku Sahitna, Si Monggo Agani alias Gomong Sinaga, Si Jurtul dan yang lainnya itu. Sayang, walau sudah dicoba eksis tetap saja humor Batak tetap berkutat di lingkungan Batak. Tak pernah beranjak menjadi ruang penghibur di luar etnis Batak. Mestinya humor bisa untuk juga dinikmati orang lain, melintas suku atau sekat-sekat lain buatan manusia.

Baca Juga  Jempek Do Pat Ni Gabus

Gus Dur dikenal sosok yang punya banyak cerita humornya. Termasuk kisah yang dikaitkan dengan karakter Batak. Humor Gus Dur walau seperti lucu tetapi dalam menyentil. Dalam konteks inilah humor ala Gus Dur berlatar belakang alam Batak dicoba disampaikan, paling tidak ada beberapa humor Gus Dur menceritakan orang Batak suka makan anjing.

Ceritanya orang Batak suka makan Anjing. Satu kali ada perlombaan anjing. Semua anjing yang jago balap diperlombakan. Ada satu anjing yang jago lari, yaitu anjing orang Jawa. Sesaat perlombaan, semua anjing yang hendak diperlombakan, dijejerkan. Begitu wasit meniupkan pluit semua anjing itu pun berlomba. Tetapi hanya anjing jago lomba tadi tidak mau berlomba, malah tiduran.

Lalu, sang pemilik, memukul si anjing agar cepat berlari.. Toh tidak mau lari juga. Lalu, orang Jawa ini tidak kehilangan akal, ngomong pada anjingnya. “Eh….cepat kau lari, orang Batak itu sudah datang…” Dengan ketakutan anjing pun lari terbirik-birik dengan kecang sampai mendahului anjing yang lain. Si anjing takut dimakan orang Batak….itu cerita humornya. Barangkali humor itu sudah pernah kita dengar.

Pun buku kumpulan humor yang ditulis Hendry Lumban Gaol ini merupakan cerita humor yang sudah melanglang buana. Awalnya ditulis di media sosial yang notabene dibaca sejagat. Penulis, kelahiran Pakkat saat ini aktivis di HKBP Cikarang, sebelumnya aktif di HKBP Perumnas II Bekasi, bahkan dirinya sempat menjadi Ketua Naposobulung. Maka bila ditanya masa-masa itu siapa-siapa naposo Batak yang baik dan kurang baik di kawasan itu sudah tentu dia tahu semua. Lahir dari rahim boru Manullang, lalu menikah dengan boru Tambunan. Untuk kedua marga ini, yang dipanggilnya tulang dan hulahula sangat dihormatinya.

Baca Juga  Peduli Dampak Covid-19, 164 Mahasiswa asal Luar Taput mendapat Bantuan

Bila berjumpa dengan marga Manullang dan marga Tambunan kesangarannya redup. Paling tidak kesangarannya terlihat dalam menulis, tak ada yang ditakuti. Karenanya, saya sering tak habis pikir kenapa dia seberani itu menulis. Terkadang sampai berlebihan.

Heran, keahliannya sebenarnya teknik. Lulus dari Politeknik Universitas Sumatera Utara dan juga Universitas Jayabaya, Jakarta. Tak heran karena keahliannya di bidang engineer terutama di bagian automation dan robotic machine oleh perusahaan tempatnya bekerja sering memintanya ke luar negeri.

Walau keahliaannya di bidang mesin, bukan berarti menulisnya gagap pun selera humornya jadi hilang. Tidak. Justru di Fbnya kerap dia melontarkan narasi-narasi yang humoris, terkadang berlebihan. Jago menulis kawan ini. Humor yang dia buat ini bukan sekedar mengundang tawa saja, tetapi memberi pesan moral.

Sebelum diterbitkan buku, entah alasan apa dia meminta saya yang mengedit, padahal saya bukan editor bahasa Batak tetapi entah karena faktor marga dia minta saya mengeditnya. Sebelumnya bahan naskah buku ini sudah diposting di weblog dan sebagian lagi di facebook.

Ditulis dengan bahasa Batak dengan lapal ejaan oral, bukan dengan ejaan tulis. Ketika hal itu saya tanyakan, jawabannya bahwa itu sengaja dibuat untuk menunjukkan sisi humornya. Memang dari penulisan saja sudah tergolong lucu. Sebenarnya tak semua di dalam buku ini penuh cerita humor, walau sebenarnya memberi efek tawa.

Seperti misalnya cerita “Dung Lam Matua” ini bukan cerita lucu. Tetapi pesan moralnya jelas agar anak menghormati orangtua. Soal menghormati orangtua itu penting, sampai ada ungkapan Batak, “natuatua mi do debata natarida.” Ada juga kisah “Wessel” cerita tentang perlunya perantau untuk tetap memperhatikan orangtuanya di kampung halaman, kalau tak bisa sering-sering kirim uang, paling tidak sekali setahun.

Pesan moralnya jelas. Saya tak hendak mempromosikan buku ini, apalagi penulisnya, bagi saya buku ini perlu, tentu sebagai editornya buku ini, tanpa sepengetahuan penulisnya, telah saya kirim di beberapa perpustakaan. Sebab, bagi saya, buku humor Hendry Lumban Gaol juga bagian menghidupi budaya literasi Batak.

Baca Juga  Batak Bersatu serukan Lawan Covid-19

Bagi saya sebagai penulis, menulis kumpulan humor ini butuh proses panjang. Tak mungkin sekali langsung jadi. Pastilah penulisnya terus-menerus menemukan pengalian. Saya saat mengedit buku ini juga terpingkal-pingkal. Dia, Hendry sukses mengajak pembacanya untuk menertawakan hidup. Sekali lagi, sebab tertawa rahasia obat awet muda. Tertawa mencegah agar jangan stress. Sering tertawa katanya, mencegah penyakit. Tertawa itu juga mendatangkan imun, apalagi di masa-masa sekarang ini, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar perlu tertawa.

Buku Sepatu Ni Amatta Pandita karya Hendry Lumban Gaol

Buku Sepatu Ni Amatta Pandita karya Hendry Lumban Gaol

Judul Sipatu Ni Amanta Pandita kami comot satu dari 58 judul di dalam buku, kisah humor yang bagus dibuat cover. Mengisahkan seorang pendeta di tanah Batak melayani pelayanan duka seorang orangtua di rumah duka, persiapan penguburan. Umumnya di tanah Batak, masuk rumah harus buka sepatu. Dan, satu tradisi, bukan tradisi Kristiani, sebelum batang mayat ditutup, keluarga memasukkan barang yang disukai almarhum atau almarhumah, dan nantinya juga ikut dikuburkan. Humornya? Satu orang anak dari keluarga yang meninggal memasukkan sepatu. Salahnya yang dimasukkan sepatu pendeta, karena mirip sepatu yang meninggal. Saat mau ke penguburan si pendeta bingung mencari sepatunya. Mengkel ma hita!

*Penulis : Hojot Marluga adalah seorang jurnalis, dulu menjadi redaktur pelaksana Reformata. Saat ini menggeluti dunia penulisan buku-buku memoar; otobiografi dan biografi.


hitabatak.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya serta event atau kegiatan yang perlu dipublikasikan. Tulisan hendaknya orisinal dan disertai dengan foto serta data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 600-1.500 karakter. Tulisan dapat dikirim ke redaksi [email protected] atau ke nomor 0822-7623-2237. Horas!

 

Share