Bila dialihbahasakan kira-kira artinya mengungkap kesalahan menimbulkan perselisihan. Berarti agar tak menimbulkan masalah, lupakan, tak mengungkit-ungkin permasalah yang ada. Sementara yang mengubur kesalahan akan menimbulkan perdamaian. Sebab mengungkit dan mengingat-ingat kesalahan pasangan di masa lalu. Karena hal ini akan menambah kebencian dalam hati, sehingga sulit memberhentikan permusuhan.
Orang Batak di dalam filosofi ini memahami, bahwa kembali dosa masa lalu membawa akar yang pahit. Ungkapan ini lebih menyiratkan perlunya hal ini dalam membangun hubungan baik suami-istri, keluarga dan rekan di dunia kerja. Maka untuk menghindari hal itu kita perlu berpikir positif. Sudah merupakan rahasia umum bahwa tidak mengingat-ingat kesalahan masa lalu itu perlu.
Apalagi pesan filosofi ini untuk pasangan suami istri tak selalu mengingat-ingat kesalahan pasangan. Maka niscaya keluarganya akan utuh yang perlu diingat, malah mengingat masa-masa manis sebelum pernikahan. Sehingga sampai sekarang tak menimbulkan konflik yang dalam. Intinya saling melengkapi, jangan malah untuk saling menghitung atau mengingat masa lalu.
Dalam menyelesaikan konflik sejatinya prinsip ini perlu dipakai, tak saling menyerang adalah penting sekali. Pastikan bahwa ketika Anda mencapai kesepakatan atau mengambil tindakan, Anda berterima kasih kepada orang yang ajak sepakat. Hal itu membangun kembali hubungan dan dapat membantu menghindari konflik tambahan di masa depan, intinya saling memaafkan.
Dalam membangun hubungan itu perlunya saling memaafkan. Sekali lagi, paling tidak pesan filosofinya, niat baik saja tidak cukup. Tindakan yang mengikuti niat baik itu yang baik. Dan kepuasan yang memperoleh tindakan baik itulah yang penting. Nah, akhirnya yang penting itu sulit tercapai. Kembali-lah ke awal, niat baik dululah.
Tiap hari tiada alasan untuk berbuat baik, dan berbuat baik adalah kunci kehidupan. Maka itu marilah kita berbuat baik bukan saja hari ini. Saling memaafkan dan tak lagi mengingat-ingat kesalahan orang lain. Tetapi hari demi hari dalam setiap nafas hidup kita, dan ingatlah setiap kebaikan yang dilandasi oleh ketulusan dan kemurnian hati adalah hadiah langkah bagi yang membutuhkan. Karena tidak, keluar dari harta kekayaan semata akan tetapi dari hati yang penuh kasih dan siapa yang memberi dengan segenap hatinya akan menemukan kebahagian sejati dan kedamaian pikiran serta kenikmatan hidup.
*Penulis : Hojot Marluga adalah seorang jurnalis, dulu menjadi redaktur pelaksana Reformata. Saat ini menggeluti dunia penulisan buku-buku memoar; otobiografi dan biografi.
hitabatak.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya serta event atau kegiatan yang perlu dipublikasikan. Tulisan hendaknya orisinal dan disertai dengan foto serta data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 600-1.500 karakter. Tulisan dapat dikirim ke redaksi [email protected] atau ke nomor 0822-7623-2237. Horas!