Jolo Nidilat Bibir Asa Didok Hata

Jolo Nidilat Bibir Asa Didok Hata, ada adagium menyebut: berpikir sebelum bertindak? Perhatikan yang Anda pikirkan, kira-kira itulah arti kata Batak tadi. Arti filosofinya, dijilat dulu bibir sebelum menyampaikan kata-kata. Lebih tepat lagi berpikirlah sebelum berbicara. Bahwa setiap kata-kata yang terlontar harus terlebih dahulu dipikirkan, dianalisa sebelum diucapkan. Tak boleh asal ngomong. Perlu berpikir sebab dari berpikir terbesit buah pikiran. Berpikir terlebih dulu apa yang hendak diucapkan. Dampak dari kata-kata yang hendak kita rangkai itu tadi, kalau-kalau yang diucapkan melukai hati orang lain, atau bukan? Kata-kata yang kita rangkai bisa menjadi cibiran.

Pertanyaannya, mengapa sebelum mengucapakan kata-kata mesti terlebih dahulu dipikirkan? Sebab kata-kata yang terucap tak akan kembali. Sebenarnya, ungkapan filosofi ini lebih lengkapnya: jolo nidilat bibir asa didok hata. Ala humassit do nasineatni hata asa sineatni raut. Terjemahan bebasnya terlebih dahulu menjilat bibir sebelum mengucapkan kata-kata. Karena menurut filosofi ini menyebut, lebih sakit yang dihujam oleh kata-kata daripada hujaman pedang. Maka disinilah perlunya berpikir agar jangan sesal di kemudian hari. Sekali lagi jangan gampang memaki dengan hujaman kata-kata yang tak sedap, memaki-maki. Sebab kata-kata marah sering mengubah makna, dan lebih sering lagi melukai hati.

Lalu, manakah pertama perlu dilakukan? Berpikir dahulu baru berkata-kata, atau yang sebenarnya tidak perlu untuk diucapkan yang sia-sia. Mengapa perlu berpikir sebelum mengucapkan kata-kata? Sebab, perkataan kita memiliki kekuatan, bisa menyenangkan atau menyusahkan orang yang mendengarnya. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Quotient atau kecerdasan emosi mengajarkan Self Regulation dan Self Awareness. Artinya, kemampuan mengendalikan emosi dan berpikir sebelum berbicara itu penting. Selain itu juga, dalam ucapan perlu menyapamikan kata-kata dengan santun, ini strategi dalam komunikasi. Sekali lagi disinilah perlunya memahami fungsi dan kegunaan akal yang diberikan Tuhan kepada kita. Akal digunakan sebelum melakukan sebuah tindakan.

Baca Juga  Makna Dari Mangulosi dan Upa-Upa

Ada ungkapan bijak menyembut perhatikan kata-kata Anda, sebab itulah yang akan menjadi tindakan. Perhatikan tindakan Anda, sebab itulah yang akan menjadi karakter. Perhatikan karakter Anda, sebab itulah yang akan menjadi takdirnya. Karakter terbentuk dari kebiasaan. Bahwa siapa yang membiasakan diri mencela, maka di kemudian hari akan menjadi manusia pencela.

Selanjutnya, kalau demikian pertanyaannya kemudian, apakah perlunya kita harus berpikir terus menerus? Bila penting berpikir tujuh kali sebelum memutuskan sesuatu. Boleh saja hal ini dibenarkan, tetapi jangan-jangan kita disebut plinplan. Di kehidupan ini, setiap melakukan sebuah tindakan mesti berpikir. Menjadi pertanyaan, apakah kebaikan dan keburukan dari tindakan yang kita lakukan? Menguntungkan atau merugikan, kah? Apa yang kita katakan tepat atau tidak? Apakah kata-kata kita melukai atau selalu mengundang emosi orang lain? Sekali lagi kita sendiri yang membuat pertanyaan, kita juga yang menjawabnya.

Maka disinilah peran moral ungkapan Batak tadi. Ungkapan itu juga berkaitan dengan menggunakan mulut. Bahwa berbicara harus dengan aturan dan sopan santun. Berarti tak sembarangan berkata-kata. Sebagaiman ungkapan yang menyebut, mulutmu adalah harimaumu. Mulut diumpamakan seperti harimau. Ganas dan buas. Mulut bisa membawa petaka, menerkam yang tak bisa mengendalikan. Maka, harus mulut yang mengeluarkan ucapan mesti dikendalikan. Bila tak bisa kuasai, mulut akan selalu dalam masalah. Jika kita melampiaskan kemarahan kita dengan kata-kata, atau mengatakan yang salah karena tak mengontrol mulut. Tanpa disadari apa yang terucap yang sudah melukai hati, tak bisa ditarik kembali.

Ungkapan itu sebagaimana dalam Kitab Suci mengatakan, dalam Amsal 29:20 yang teringkat dalam 8 rangkaian kata, jangalah menjadi orang bebal, berpikirlah sebelum kita berbicara. Hal ini penting agar kita tak mendapat problem. Maka berhati-hatilah dengan kata-kata yang kita lontarkan. Jangan sampai kata-kata itu tak ada makna atau merugikan orang lain. Kata-kata yang meluncur dari mulut kita harus terlebih dahulu dicerna, dipikirkan baru diucapkan, itu maknanya.

Baca Juga  Manat Unang Tartuktuk, Nanget Unang Tarrobung

*Penulis : Hojot Marluga adalah seorang jurnalis, dulu menjadi redaktur pelaksana Reformata. Saat ini menggeluti dunia penulisan buku-buku memoar; otobiografi dan biografi.


hitabatak.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya serta event atau kegiatan yang perlu dipublikasikan. Tulisan hendaknya orisinal dan disertai dengan foto serta data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 600-1.500 karakter. Tulisan dapat dikirim ke redaksi [email protected] atau ke nomor 0822-7623-2237. Horas!

Share